Senin, 06 Agustus 2012

Here You Come, Rain...

assalamulaikum,
haiii semuaaaaa :D

capek puasa-puasa gini harus bersihin sarang laba-laba di blog usang ini, *aseeekkk
well, mungkin postingan ini sebagai pertanda kalo gue masih idup.

gue hanya ingin menceritakan perjumpaan teratai dengan hujan. gak terlalu romantis memang. gak ada mawar merah, gak ada coklat, bahkan gak ada ijab kabul. *loh HAHAHAHAHAHA
*huhhh *hela napas *capek ketawa yang dipaksain


"Selamat sore, terataiku. Lama tak kudengar kabarmu. Maaf karena selama ini kubiarkan kolam mu mengering. Bukan apa-apa, aku hanya ingin melihatmu menemukan hujan yang lain. Dan mungkin, prediksi ku benar, kau tumbuh menjadi teratai yang cantik, menenangkan, dan kuat. Kau tampak lebih anggun, lebih dewasa, walau kadang kupu-kupu di sekelilingmu membuatmu kekanakan.

Selamat sore, terataiku. Bisakah kau sekedar menyapaku, merasakan kehadiranku? Memberikan sedikit senyuman dan tatapan manis dari kelopak-kelopakmu, seperti yang kau berikan kepada semua kupu-kupu itu? Aku tlah menunggu lama untuk saat-saat ini.

Selamat sore, terataiku. Bolehkah aku menyimpan sedikit warna kelopakmu? Membingkainya? Agar dapat kutunjukkan kepada pelangi, kepada awan, kepada semesta kalau kau kuat tanpa aku, tanpa hujanmu.

Baiklah, mungkin waktu ku tlah habis. Terimakasih untuk ucapan selamat tinggal yang tak pernah kau ucapkan. Mungkin kau tak pernah menyadari kehadiranku sore tadi. Terima kasih untuk warna kelopakmu yang indah. Terimakasih...
Selamat malam, terataiku..."





"Selamat sore, hujanku. Maafkan aku yang masih memandangmu sore ini. Syukurlah, kau masih tampak sama. Dingin. Tapi mungkin ada satu yang berbeda, kau lebih dewasa. Maafkan aku yang sampai saat ini tidak menemukan hujan yang lain. Aku hidup hanya dari air pemberian embun yang mengagumi kelopak-kelopak indahku. Mungkin lebih tepatnya mengasihani.

Selamat sore, hujanku. Maafkan aku, tak ada sapa sore ini. Tapi aku masih menitipkan sebuah senyuman dan tatapan untukmu, mungkin kau lupa mengambilnya. Jangan takut, hujanku. Aku masih cukup waras, untuk mengetahui kehadiranmu di antara kupu-kupu itu. Bodoh kalau aku mengabaikannya.

Selamat sore, hujanku. Tentu saja boleh, bidiklah sesuka hatimu. Tlah kusiapkan senyuman manis kelopak-kelopak ku. Tapi mungkin kupu-kupu disini juga merindukan kehadiranmu dan mulai menarikmu menjauh dari ku. Kau melewatkan satu senyumanku. Maaf...

Bisakah kau tinggal lebih lama disini? Mengisi penuh kolam ku agar aku bisa memamerkan pada semesta kalau kau masih mengingatku. Maafkan aku tak ada sapa dan ucapan selamat tinggal, sore ini. Aku merasa tak pantas, berbicara denganmu. Maaf...
Tapi tenanglah hujanku, aku masih menunggumu. Dan mungkin akan selalu....
Selamat malam, hujanku"